Introspeksi untuk diri
Kita lebih sering merasa tersakiti dan disakiti oleh orang lain melalui perkataan (mulut), tapi jarang merasa bahwa kitapun terkadang menyakiti.
Kita lebih sering merasa ditinggalkan dan diabaikan oleh orang-orang, tapi lupa bahwa kita pernah mengabaikan seseorang kita lebih sering mengingati "bekas luka" (sakit hati) karena apa dan siapa, tapi kita lupa pernah melukai hati siapa dan seperti apa.
Kita sering lupa dan lalai berkaca, untuk bermuhasabah akan banyaknya dosa pada diri dan kekhilafan diri pada Allah, Rasul saw dan pada sesama manusia.
Wahai diri yang penuh dosa belajarlah untuk tidak selalu menyalahkan keadaan dan orang lain (buruk sangka), tapi lihatlah jauh kedalam hati. "Seperti apa saya ini ?" dan bagaimana saya ini ?
Katakan wahai diri semua yang membuat sedih adalah akibat dosa dan kelalaian yang jarang kita sadari. Menyalahkan orang lain dan keadaan bukan cara yang dewasa dan bijak dan juga bukan cara yang di ajarkan oleh Rasulullah saw, tapi Istighfar dan instrospeksi diri lebih utama
Dia llah swt tak pernah meninggalkan kita, tapi Kita sajalah yang terus menjauh dari-Nya.
Dia Rasulullah saw selalu mencintai kita, tapi kita sajalah yang tidak cinta kepada Sunnah nya. Sehingga lupa dan lalai ini selalu ada dakwah dengan lemah lembut
Allah Ta’ala berfirman
ادْعُ إِلِى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُم بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ
“Serulah (manusia) kepada jalan Rabbmu dengan hikmah (lemah lembut) dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.” (An-Nahl: 125)
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda,
إِنَّ الرِّفْقَ لَا يَكُونُ فِي شَيْءٍ إِلَّا زَانَهُ وَلَا يُنْزَعُ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا شَانَهُ
“Sesungguhnya sifat lemah lembut itu tidak berada pada sesuatu melainkan dia akan menghiasinya (dengan iman dan kebaikan). Sebaliknya, tidaklah sifat itu dicabut dari sesuatu, melainkan dia akan membuatnya menjadi buruk.” [HR. Muslim]
Rab, 2 Feb 2022 /
Komentar
Posting Komentar